MAKALAH KEPEMIMPINAN "GAYA KEPEMIMPINAN"
KATA PENGANTAR
Asalamualaikum Wr.Wb.
Dengan
memanjatkan Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
kasih sayang-Nya, sehingga makalah tugas Kepemimpinan tentang Gaya Kepemimpinan
dapat terselesaikan.
Maksud
dan tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas Kepemimpinan
dan juga tugas makalah ini mendapatkan penilaian yang baik . Kami berharap
makalah ini dapat digunakan dengan baik dan dapat diambil manfaatnya dikemudian
hari.
Segala
kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan makalah ini mohon untuk dimaklumi.
Dan untuk perbaikan dan penyempurnaan dimasa yang akan datang, kami
mengharapkan saran dan kritiknya. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Wasalamualaikum Wr.Wb.
Pekalongan, 18 Februari
2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN
Dalam
kehidupan organisasi, gaya kepemimpinan seorang pemimpin adalah hal yang
penting diperhatikan. Kepemimpinan dalam sebuah organisasi dituntut untuk bisa
membuat individu-individu dalam organisasi yang dipimpinnya bisa berperilaku
sesuai dengan yang diinginkan oleh pemimpin untuk mencapai tujuan organisasi.
Maka dari itu seorang pemimpin haruslah bisa memahami perilaku
individu-individu di dalam organisasi yang dipimpinnya untuk bisa menemukan
gaya kepemimpinan yang tepat bagi organisasinya.
Upaya
membangun keefektifan pemimpin terletak semata pada pembekalan dimensi
keterampilan teknis dan keterampilan konseptual. Adapun keterampilan personal
menjadi terpinggirkan. Padahal sejatinya efektifitas kegiatan manajerial dan
pengaruhnya pada kinerja organisasi, sangat bergantung pada kepekaan pimpinan
untuk menggunakan keterampilan personalnya. Keterampilan personal tersebut
meliputi kemampuan untuk memahami perilaku individu dan perilaku kelompok dalam
kontribusinya membentuk dinamika organisasi, kemampuan melakukan modifikasi
perilaku, kemampuan memahami dan memberi motivasi, kemampuan memahami proses
persepsi dan pembentukan komunikasi yang efektif, kemampuan memahami relasi
antar konsep kepemimpinan-kekuasaan-politik dalam organisasi, kemampuan
memahami genealogi konflik dan negosiasinya, serta kemampuan mengkonstruksikan
budaya organisasi yang ideal.
Kreativitas penting bagi pengambil keputusan, hal ini memungkinkan
pengambil keputusan untuk lebih sepenuhnya menghargai dan memahami masalah,
termasuk melihat masalah-masalah yang tidak dapat dilihat orang lain, namum
kenyataannya banyak pemimpin dalam pengambilan keputusan tidak memperhatikan
perilaku pemimpin yang baik. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar
kepemimpinan dapat berperan dengan baik, antara lain:
1. Yang menjadi dasar utama dalam efektivitas
kepemimpinan bukan pengangkatan atau penunjukannya, melainkan penerimaan orang
lain terhadap kepemimpinan yang bersangkutan
2. Efektivitas kepemimpinan tercermin dari
kemampuannya untuk tumbuh dan berkembang
3. Efektivitas kepemimpinan menuntut kemahiran
untuk “membaca” situasi
4. Perilaku seseorang tidak terbentuk begitu
saja, melainkan melalui pertumbuhan dan perkembangan
5. Kehidupan organisasi yang dinamis dan serasi
dapat tercipta bila setiap anggota mau menyesuaikan cara berfikir dan
bertindaknya untuk mencapai tujuan organisasi.
B. RUMUSAN
MASALAH
v Bagaimana
hakikat menjadi seorang pemimpin?
v Bagaimana
teori menjadi seorang pemimpin ?
v Bagaimana gaya menjadi
seorang pemimpin?
BAB II
PEMBAHASAN
1. HAKIKAT
KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan adalah
proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam
upaya mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah mempelajari
kepemimpinan adalah "melakukannya dalam kerja" dengan praktik seperti
pemagangan pada seorang seniman ahli, pengrajin, atau praktisi. Dalam
hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari peranya memberikan
pengajaran/instruksi.
Kebanyakan
orang masih cenderung mengatakan bahwa pemimipin yang efektif mempunyai sifat
atau ciri-ciri tertentu yang sangat penting misalnya, kharisma, pandangan ke
depan, daya persuasi,
dan intensitas. Dan
memang, apabila kita berpikir tentang pemimpin yang heroik seperti Napoleon,
Washington, Lincoln, Churcill, Sukarno, Jenderal Sudirman, dan sebagainya kita
harus mengakui bahwa sifat-sifat seperti itu melekat pada diri mereka dan telah
mereka manfaatkan untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan
Beberapa
ahli berpandapat tentang Pemimpin, beberapa diantaranya :
·
Menurut Drs. H.
Malayu S.P. Hasibuan,
Pemimpin
adalah seseorang dengan wewenang kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk
mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan.
·
Menurut Robert
Tanembaum,
Pemimpin
adalah mereka yang menggunakan wewenang formal untuk mengorganisasikan,
mengarahkan, mengontrol para bawahan yang bertanggung jawab, supaya semua
bagian pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan perusahaan.
·
Menurut Prof.
Maccoby,
Pemimpin
pertama-tama harus seorang yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan segala yang
terbaik dalam diri para bawahannya. Pemimpin yang baik untuk masa kini adalah
orang yang religius, dalam artian menerima kepercayaan etnis dan moral dari
berbagai agama secara kumulatif, kendatipun ia sendiri mungkin menolak
ketentuan gaib dan ide ketuhanan yang berlainan.
·
Menurut Lao Tzu,
Pemimpin
yang baik adalah seorang yang membantu mengembangkan orang lain, sehingga
akhirnya mereka tidak lagi memerlukan pemimpinnya itu.
·
Menurut Davis and Filley,
Pemimpin
adalah seseorang yang menduduki suatu posisi manajemen atau seseorang yang
melakukan suatu pekerjaan memimpin.
Sedangakn
menurut Pancasila, Pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang
mendorong, menuntun, dan membimbing asuhannya. Dengan kata lain, beberapa asas
utama dari kepemimpinan Pancasila adalah :
§ Ing
Ngarsa Sung Tuladha : Pemimpin harus mampu dengan sifat dan perbuatannya
menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan bagi orang – orang yang dipimpinnya.
§ Ing
Madya Mangun Karsa : Pemimpin harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa
dan berkreasi pada orang – orang yang dibimbingnya.
§ Tut
Wuri Handayani : Pemimpin harus mampu mendorong orang – orang yang diasuhnya
berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.
Fungsi
pemimpin dalam suatu organisasi atau dalam hal ini di pemerintahan tidak dapat
dibantah merupakan sesuatu fungsi yang sangat penting bagi keberadaan dan
kemajuan organisasi/pemerintahan yang bersangkutan. Pada dasarnya fungsi
kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu :
- Fungsi
administrasi, yakni mengadakan formulasi kebijaksanakan administrasi dan
menyediakan fasilitasnya.
- Fungsi
sebagai Top Mnajemen, yakni mengadakan planning, organizing, staffing,
directing, commanding, controling, dsb.
2.
TEORI KEPEMIMPINAN
a.
Teori
Kepemimpinan Sifat :
Keith
Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan
kepemimpinan organisasi, antara lain :
ü Kecerdasan
Berdasarkan
hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang tinggi di atas
kecerdasan rata – rata dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan berhasil yang
lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki tingkat kecerdasan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.
ü Kedewasaan dan Keluasan
Hubungan Sosial
Umumnya
di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal maupun
eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang matang dan
stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah dalam
mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.
ü Motivasi Diri dan
Dorongan Berprestasi
Seorang
pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi serta
dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian tercermin pada
kinerja yang optimal, efektif dan efisien.
ü Sikap Hubungan
Kemanusiaan
Adanya
pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para pengikutnya mampu
berpihak kepadanya
b.
Teori
Kepemimpinan Perilaku dan Situasi :
Berdasarkan
penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini memiliki
kecendrungan kearah 2 hal.
o
Pertama yang disebut
dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang pemimpin yang menggambarkan
hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal ini seperti :
membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi
dengan bawahan.
o
Kedua disebut Struktur
Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang memberikan batasan kepada
bawahan. Contoh yang dapat dilihat , bawahan mendapat instruksi dalam
pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil yang akan
dicapai.
Jadi,
berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang
pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil
yang tinggi pula.
c.
Teori
Kewibawaan Pemimpin :
Kewibawaan
merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, sebab dengan faktor itu
seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang lain baik secara
perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia untuk melakukan apa
yang dikehendaki oleh pemimpin.
v Teori Kepemimpinan
Situasi
Seorang
pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus bersifat
fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.
v Teori Kelompok
Agar
tujuan kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang positif
antara pemimpin dengan pengikutnya.
3.
METODE KEPEMIMPINAN :
1. Teori Kontingensi.
1.1 Teori Fiedler.
Teori atau model
kontingensi (Fiedler, 1967) sering disebut teori situasional karena teori ini
mengemukakan kepemimpinan yang tergantung pada situasi.
Model atau teori
kontingensi Fiedler melihat bahwa kelompok efektif tergantung pada kecocokan
antara gaya pemimpin yang berinteraksi dengan subordinatnya sehingga situasi
menjadi pengendali dan berpengaruh terhadap pemimpin. Kepemimpinan tidak akan
terjadi dalam satu kevakuman sosial atau lingkungan. Para pemimpin
mencoba melakukan 1;;pengaruhnya kepada anggota kelompok dalam kaitannya dengan
situasi-situasi yang spesifik.
Karena situasi dapat
sangat bervariasi sepanjang dimensi yang berbeda, oleh karenanya hanya masuk
akal untuk memperkirakan bahwa tidak ada satu gaya atau pendekatan kepemimpinan
yang akan selalu terbaik. Namun, sebagaimana telah kita pahami bahwa
strategi yang paling efektif mungkin akan bervariasi dari satu situasi ke
situasi lainnya.
Penerimaan kenyataan
dasar ini melandasi teori tentang efektifitas pemimpin yang dikembangkan oleh
Fiedler, yang menerangkan teorinya sebagai Contingency Approach. Asumsi sentral
teori ini adalah bahwa kontribusi seorang pemimpin kepada kesuksesan kinerja
oleh kelompoknya adalah ditentukan oleh kedua hal yakni karakteristik pemimpin
dan dan oleh berbagai variasi kondisi dan situasi. Untuk dapat memahami
secara lengkap efektifitas pemimpin, kedua hal tersebut harus dipertimbangkan.
Teori kontingensi
melihat pada aspek situasi dari kepemimpinan (organization context).
Fiedler mengatakan bahwa ada 2 tipe variabel kepemimpinan: Leader
Orientation dan Situation Favorability.
1. Leader Orinetation :
apakah pemimipin pada
suatu organisasi berorinetasi pada relationship atau
beorintasi pada task. Leader Orientation diketahui dari Skala semantic
differential dari rekan yang paling tidak disenangi dalam organisasi (Least
preffered coworker = LPC) .
LPC tinggi jika
pemimpjn tidak menyenangi rekan kerja, sedangkan LPC yang rendah menunjukkan
pemimpin yang siap menerima rekan kerja untuk bekerja sama. Skor LPC yang
tinggi menujukkan bahwa pemimpin berorientasi pada relationship, sebaliknya
skor LPC yang rendah menunjukkan bahwa pemimpin beroeintasi pada tugas. Fiedler
memprediksi bahwa para pemimpin dengan Low LPC yakni mereka yang mengutamakan
orientasi pada tugas, akan lebih efektif dibanding para pemimpin yang High LPC,
yakni mereka yang mengutamakan orientasi kepada orang atau hubungan baik dengan
orang apabila kontrol situasinya sangat rendah ataupun sangat tinggi.
Sebaliknya para pemimpin dengan High LPC akan lebih efektif dibanding pemimpin
dengan Low LPC apabila kontrol situasinya moderat.
2. Situation favorability adalah :
sejauh mana pemimpin tersebut dapat mengendailikan suatu situasi, yang
ditentukan oeh 3 variabel situasi, yaitu :
a.)
Leader-Member Orintation: hubungan pribadi antara pemimpin dengan para
anggotanya.
b.)
Task Structure: tingkat struktur tugas yang diberikan oleh
pemimpin untuk dikerjakan oleh anggota organisasi.
c.)
Position Power: tingkat kekuasaan yang diperoleh pemimpin
organisasi karena kedudukan.
Situation favorability tinggi jika LMO baik, TS tinggi dan PP
besar, sebaliknya Situation Favoribility rendah jika LMO tidak baik, TS rendah
dan PP sedikit.
1.2 Teori Path Goal.
Path-Goal Theory atau model arah tujuan
ditulis oleh House (1971) menjelaskan kepemimpinan sebagai keefektifan pemimpin
yang tergantung dari bagaimana pemimpin memberi pengarahan, motivasi, dan
bantuan untuk pencapaian tujuan para pengikutnya. Bawahan sering berharap
pemimpin membantu mengarahkan mereka dalam mencapai tujuan. Dengan kata lain
bawahan berharap para pemimpin mereka membantu mereka dalam pencapaian tujuan-tujuan
bernilai mereka.
Ide di atas memainkan
peran penting dalam House’s path-goal theory yang menyatakan bahwa
kegiatan-kegiatan pemimpin yang menjelaskan bentuk tugas dan mengurangi atau
menghilangkan berbagai hambatan akan meningkatkan persepsi para bawahan
bahwa bekerja keras akan mengarahkan ke kinerja yang baik dan kinerja yang baik
tersebut selanjutnya akan diakui dan diberikan ganjaran.
Path Goal Theory menekankan pada
cara-cara pemimpin memfasilitasi kinerja kerja dengan menunjukkan pada bawahan
bagamana kinerja diperoleh melalaui pencapaianrewards yang
diinginkan. Path Goal theory juga mengatakan bahwa kepuasan
kerja dan kinerja kerja tergantung pada expectancies bawahan. Harapan-harapan
bawahan bergantung pada ciri-ciri bawahan dan lingkungan yang dihadapi oleh
bawahan. Kepuasan dan kinerja kerja bawahan bergantung pada leadership
behavior dan leadership style.
Ada 4 macam leadership style :
1. Supportive Leadership: Gaya
kepemimpinan ini menunjukkan perhatian pada kebutuhan pribadi karyawannya.
Pemimpin jenis ini berusaha mengembangkan kepuasan hubungan interpersonal
diantara para karyawan dan berusaha menciptakan iklim kerja yang bersahabat di
dalam organisasi.
2. Directive Leadership: Pemimpin
yang memberikan bimbingan khusus pada Karyawannya dengan menetapkan standar
kinerja, mengkoordinasi kinerja kerja dan meminta karyawan untuk mengikuti
aturan aturan organisasi.
3. Achievement Oriented Leadership:
Pemimpin yang menetapkan tujuan yang menantang pada bawahannya dan meminta
bawahan untuk mencapai level performens yang tinggi.
4. Participative Leadership:
Pemimpin yang menerima saran-saran dan nasihat-nasihat bawahan dan menggunakan
informasi dari bawahan dalam pengambilan keputusan organisasi.
Hal yang menentukan keberhasilan dari setiap jenis kepemimpinan
tersebut adalah subordinate characteristics(contohnya: Karyawan
yang internal l locus of control atau external locus of control, karyawan yang
mempunyai need achievement yang tinggi atau need affiliation yang tinggi, dll.)
dan environmental factors (system kewenangan dalam
organisasi).
3 Teori Vroom dan Yetton.
Leader-Participation
Model ditulis
oleh Vroom dan Yetton (1973). Model ini melihat teori kepemimpinan yang
menyediakan seperangkat peraturan untuk menetapkan bentuk dan jumlah peserta
pengambil keputusan dalam berbagai keadaan. Teori Yetton dan Vroom mengemukakan
bahwa kepuasan dan prestasi disebabkan oleh perilaku bawahan yang pada
gilirannya dipengaruhi oleh perilaku atasan, karakteristik bawahan dan faktor
lingkungan. Salah satu tugas utama dari seorang pemimpin adalah membuat
keputusan. Karena keputusan yang dilakukan para pemimpin sering kali
sangat berdampak kepada para bawahan mereka, maka jelas bahwa komponen utama
dari efektifitas pemimpin adalah kemampuan mengambil keputusan yang sangat
menentukan keberhasilan yang bersangkutan melaksanakan tugas-tugas pentingnya.
Pemimpin yang mampu
membuat keputusan dengan baik akan lebih efektif dalam jangka panjang dibanding
dengan mereka yang tidak mampu membuat keputusan dengan baik. Dalam mengambil
keputusan, bagaimana pemimpin memperlakukan bawahannya. Dengan kata lain
seberapa jauh para bawahannya diajak berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan. Sebagaimana telah kita pahami bahwa partisipasi bawahan dalam
pengambilan keputusan dapat meningkatkan kepuasan kerja, mengurangi stress, dan
meningkatkan produktivitas.
Teori kepeminmpinan
vroom & yetton adalah jenis teori kontingensi yang menitikberatkan pada hal
pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pemimpin. Dalam hal ini ada 5 jenis
cirri pengambilan keputusan dalam teori ini :
1.
A-I : pemimpin mengambil sendiri keputusan berasarkan
informasi yang ada padanya saat itu.
2.
A-II : pemimpin memperoleh informasi dari bawahannya dan
mengambil keputusan berdasarkan informasi yang didapat. jadi peran bahawan
hanya memberikan informasi, bukan memberikan alternatif.
3.
C-I : pemimpin memberitahukan masalah yang sedang terjadi
kepada bawahan secara pribadi, lalu kemudian memperoleh informasi tanpa
mengumpulkan semua bawahannya secara kelompok, setelah itu mengambil keputusan
dengan mempertimbangkan/ tidak gagasan dari bawahannya.
4.
C-II : pemimpin mengumpulkan semua bawahannya secara kelompok,
lalu menanyakan gagasan mereka terhadap masalah yang sedang ada, dan mengambil
keputusan dengan mempertimbangkan/tidak gagasan bawahannya
5.
G-II : pemimpin memberitahukan masalah kepada bawahanya secara
berkelompok, lalu bersama – sama merundingkan jalan keluarnya, dan mengambil
keputusan yang disetujui oleh semua pihak.
contoh kasusnya, dalam
sebuah took kue, pemimpin took akan membicarakan masalah yang terjadi, misalnya
cara menarik minat pembeli agar menjadi pelanggan tetap tokonya. Pemilik took
akan mengumpulkan semua karyawannya dan menanyakan pendapat mereka. pemilik
akan menampung semua gagasan mereka, lalu memilih gagasan yang dianggap paling
menarik dan disetujui oleh semua karyawannya.
Contoh kasus diatas,
itu sesuai dengan cirri pengambilan keputusan G-II yang dikemukakan oleh vroom
& yetton. Dan menurut saya, ciri G-II adalah yang paling layak digunakan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kata pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan memiliki
keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan
hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang
berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut
pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya,
keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang
mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang
akan diterapkan.
Rahasia
utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari
kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Seorang
pemimpin sejati selalu bekerja keras memperbaiki dirinya sebelum sibuk
memperbaiki orang lain.
Pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan
dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri
seseorang.Kepemimpinan
lahir dari proses internal (leadership from the inside out).
SARAN
Sangat diperlukan sekali
jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia. Jiwa kepemimpinan itu perlu
selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak untuk memimpin diri sendiri.
Jika
saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar
biasa. Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin,
pengikut mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik,
cirinya adalah pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita
tergantung kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat
pula yang dipimpin.
DAFTAR PUSTAKA
Ini sangat membantu
ReplyDeleteMy Blog